Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2024

Teruntuk yang Hilang, Sempat Kudamba Abadi

  Ada banyak hal yang berubah dalam sudut pandang dunia ini. Fajar yang mengambangnya diatas permukaan pohon – pohon berembun tak lagi mengucapkan selamat pagi yang lebih ramah dari kematian. Mahatari dalam merangkak konon lebih kejam, sinar hangatnya kini menebar amat luas dan melewatiku dalam cahaya samar di sudut kelam jagat raya, tak terjamah, tak juga dijamah. Burung berkicau kini asing, sepi. Padahal aku di tengah gunung yang belum lepas rimbun hutannya. Atau ini sepenuhnya salahku? Yang terlalu berambisi memupuk rindu tanpa hirau bahwa gersang ternyata semakin benderang? Hidup ini sekali maka jalanilah saja, katanya. Tetapi manusia tidak lebih dari seonggok pasir yang sendiriannya tidak berarti, sebelum ia membesar menjadi batu karang yang tahan oleh serangan beruntun ribuan gelombang. Yang dalam hidupnya merelakan tubuhnya ditumbuhi lumut, ditinggali ikan kecil yang tersisa selepas gelombang pasang, atau kepiting-kepiting yang lebih mirip laba – laba. Apakah hidup sebongk...

Sebuah Puisi Sepi

 Sajak Bunga Seroja Aku kecil bunga seroja Ditopang daun yang lebar – lebar Dihidupi air senantiasa berkecukupan Ikan berenang dibawah kaki Awan berarak diatas kepala Sepanjang waktu aku terjaga hingga terlelap Kehidupan bising, katak asyik berloncatan Sekali waktu belalang atau capung Singgah dan berkunjung   Hujan melantunkan orkestra ramai yang kusuka Merdu perciknya menyapa seluruh hidupku Katak – katak bernyanyi Ikan – ikan serempak menari Seolah padanya dilemparkan sejuta makanan Sebuah perayaan   Kemudian, lama, damai Sialnya aku terbuai Kumaknai segala indah sebagai abadi Sendiri aku diterpa kemarau panjang Sungai yang riaknya kini kerontang Ikan – ikan lebih dulu meninggalkan Bersama deru sungai yang kian padam Katak – katak hening, hilang jejaknya Entah sampai pada sawah ladang atau sungai yang mana ...