Untuk Apa?
Untuk Apa? Hai, namaku Dissa. Remaja biasa berusia dua puluh satu, kalau masih bisa dianggap begitu. Dan ini adalah catatan kecil soal kekecewaanku. Seorang gadis desa biasa yang mengadukan hidupnya ditengah hiruk pikuk perkuliahan yang jauh dari film-film maupun drama lokalan. Jika engkau bertanya bagaimana perasaanku, jawabannya adalah campur aduk. Ini mengesankan. Pun menyakitkan. Aku mengawali ceritaku dengan janji-janji asing dari kawan dekat yang kuanggap bagai pertalian darah. Namun rupanya itu tidak cukup untuk membuatku menerima timbal rasa yang sama. Sejak sejam terakhir, aku belum beranjak dari situs website pengumuman penerimaan keanggotaan organisasi yang seminggu yang lalu kudaftar. Aku betul-betul antusias bakal melihat namaku sebagai anggota Departemen Pengembangan Sumber Daya Manusia. Siapapun mungkin akan heran melihat mataku yang berkilau penuh harapan bercampur sedikit rasa cemas yang menyelimuti dada. Aku sudah menyiapkan segalanya: kemampuan, pengalama...