Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2025

Untuk Apa?

Untuk Apa?   Hai, namaku Dissa. Remaja biasa berusia dua puluh satu, kalau masih bisa dianggap begitu. Dan ini adalah catatan kecil soal kekecewaanku. Seorang gadis desa biasa yang mengadukan hidupnya ditengah hiruk pikuk perkuliahan yang jauh dari film-film maupun drama lokalan. Jika engkau bertanya bagaimana perasaanku, jawabannya adalah campur aduk. Ini mengesankan. Pun menyakitkan.  Aku mengawali ceritaku dengan janji-janji asing dari kawan dekat yang kuanggap bagai pertalian darah. Namun rupanya itu tidak cukup untuk membuatku menerima timbal rasa yang sama. Sejak sejam terakhir, aku belum beranjak dari situs website pengumuman penerimaan keanggotaan organisasi yang seminggu yang lalu kudaftar. Aku betul-betul antusias bakal melihat namaku sebagai anggota Departemen Pengembangan Sumber Daya Manusia. Siapapun mungkin akan heran melihat mataku yang berkilau penuh harapan bercampur sedikit rasa cemas yang menyelimuti dada. Aku sudah menyiapkan segalanya: kemampuan, pengalama...

Rah, 03

  Hi, it's me again, Rah!  Sebenarnya Rah itu punya banyak makna. Pertama aku memang bernama Rahayu, kedua Rah adalah Si Tanpa Mahkota dalam cerita fiksi Darwis Tere Liye (kalau engkau bisa menebak maknanya, itu cukup menyebalkan, jujur, seperti aku yang tidak pernah mendapatkan mahkota yang ingin kupasang diatas kepala), dan tiga huruf terakhir dalam Amarah. Ya, dalam dadaku pernah menyala api kemarahan pada setiap kesempatan yang terlewat, harapan yang kandas, juga manusia-manusia menyakitkan.  Pagi ini aku gagal mengalahkan diri untuk bangun lebih pagi. Pun gagal memulai hari dengan menyelesaikan kewajiban yang (sesungguhnya) amat sederhana. Tetapi ada kemalasan-kemalasan memasak yang berhasil kukalahkan. Aku lumayan bangga untuk itu.  Memaksa diri untuk selalu merayu Tuhan, siang ini lumayan berhasil. Tapi untuk berhasil tidaknya, jelas diluar kuasaku.  Aku berterima kasih untuk seorang teman dekat yang memberikan validasi impian kecil lewat pertanyaan seder...

Kepada Rah

  Pilihanmu, untuk tetap tegak diterpa musim . Hi, disini aku mau ngaku-ngaku Rahayu. Panggil aku Rah!  Pagi tadi, selepas subuh aku sengaja menyapa udara lembab dan gerimis. Sebatang pohon yang entah berapa puluh tahun usianya masih tegak berdiri tanpa daun-daun di musim hujan. Mungkin, ia memang tidak diinginkan. Tetapi ia masih tegak. Akarnya masih menghujam tanah-tanah basah.  Pagi tadi, kepalaku membangun rencana-rencana kecil. Seperti misalnya memperbaiki penyesalan yang kutumpuk rapi diatas lembaran-lembaran yang memuakkan. Sekali lagi, terlewatkan. Aku terlalu sibuk berlari, mencari-cari pegangan yang justru membawaku semakin jauh. Dan semakin tak bertenaga.  Pagi tadi, aku menyiram dahaga jiwa, merayu Sang Pencipta. Sebab dalam cipta-Nya ada aku, kau, dan hal-hal baik yang mengagumkan. Seluruh hariku menjadi sedikit lebih melegakan. Segala yang nampak sederhana membuatku membayangkan kebaikan-Nya yang memang tanpa cela.  Sepanjang siang, rencanaku jelas...