Rah, 03

 

Hi, it's me again, Rah! 


Sebenarnya Rah itu punya banyak makna. Pertama aku memang bernama Rahayu, kedua Rah adalah Si Tanpa Mahkota dalam cerita fiksi Darwis Tere Liye (kalau engkau bisa menebak maknanya, itu cukup menyebalkan, jujur, seperti aku yang tidak pernah mendapatkan mahkota yang ingin kupasang diatas kepala), dan tiga huruf terakhir dalam Amarah. Ya, dalam dadaku pernah menyala api kemarahan pada setiap kesempatan yang terlewat, harapan yang kandas, juga manusia-manusia menyakitkan. 

Pagi ini aku gagal mengalahkan diri untuk bangun lebih pagi. Pun gagal memulai hari dengan menyelesaikan kewajiban yang (sesungguhnya) amat sederhana. Tetapi ada kemalasan-kemalasan memasak yang berhasil kukalahkan. Aku lumayan bangga untuk itu. 

Memaksa diri untuk selalu merayu Tuhan, siang ini lumayan berhasil. Tapi untuk berhasil tidaknya, jelas diluar kuasaku. 

Aku berterima kasih untuk seorang teman dekat yang memberikan validasi impian kecil lewat pertanyaan sederhana. Mungkin mulanya dia juga tidak begitu berniat mendengarkan cerita membosankan yang amat kukuasai itu. Menyenangkan sekali, aku diingat. Bahwa aku nyata, dan segala inginku bisa menjadi nyata. Maka selalu kudoakan untukmu segala hal baik di dunia dan seluruh semesta. 

Ketika malam turun, gerimis hampir berakhir. Ah iya, aku lupa menceritakan hujan sore, hangat tengah hari, dan (mungkin) mendung kala pagi. Maaf untuk rencana yang batal terlaksana, untuk diriku, dan hal baik itu. 

Terima kasih sekali lagi kepada temanku, dan teman dari teman dekatku, untuk cerita yang disampaikan dan kusampaikan. Sungguh, terima kasih. 

Di segala semesta, aku ingin mengenalmu dengan semestinya. 

Rah, 03

#30haribercerita

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aku Bukan Panji Sakti, tetapi Anggap Saja Ini Kepada Noor

Untuk Apa?

Kepada Rah