Apa Lagi?

Selamat malam, Namaku Rahayu. Aku sengaja memilih bagian namaku yang paling tradisional demi setara denganmu-yang mana sepertinya tidak semudah itu. 

Selamat datang, selaku kuucapkan selamat datang ketika engkau memilih untuk bertanya kepadaku ketimbang ratusan opsi dalam daftar kontakmu. Aku selalu suka menjadi orang yang dipilih. Aku selalu suka dilibatkan dalam sesuatu walaupun kecil-kecil saja. 

Katamu, aku sebaiknya mencoba rutin menulis blog seperti yang kau lakukan ketika sekolah menengah. dari situ saja kau sudah mencetak sebuah tanda dalam kepalaku, bahwa langkahmu memang beberapa kali lebih jauh, jangkahmu yang lebih lebar. Dan kemudian aku berfikir bahwa memang kita tidak berdiri diatas kapal yang sama walau tengah berlayar melintasi samudera yang sama. Mungkin, saat itulah kita berpapasan. Hingga hari ini. 

Kita pertama saling memandang dengan baik melalui pertemuan yang suci. Maka dalam mengenalmu selalu kuusahakan dengan cara-cara yang suci. Ah, tidak begitu juga. Aku sadar betul tidak ada satupun dari kita yang sempurna. 

Mengharapkanmu memang bukan sebuah dosa, namun mengharapkanmu jugalah luka yang kusengaja. Siapa nanti yang akan menanggung kesalahan selain hatiku yang rapuh dan mudah jatuh?

Pada akhirnya aku menyadari bahwa jatuh cinta tidak hanya bergantung pada kesesuaian dengan kriteria. Mencitaimu membuatku sedikit banyak sadar perihal dimanakah aku sekarang, dan sejauh apakah aku dari tujuan. Memang bukan engkau tujuanku, tetapi berada di posisi yang setara denganmu sepertinya jauh lebih masuk akal. 

If you're leaving, will you take me with you? I'm tired of talking on my phone. There's something I can always give you. My heart will always be your home. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aku Bukan Panji Sakti, tetapi Anggap Saja Ini Kepada Noor

Untuk Apa?

Kepada Rah